… merdeka berarti harus membangun, bukan untuk pribadi atau golongan, makmur untuk semua, adil untuk semua,hukum pun berlaku untuk semua. – Nasida Ria
Beberapa hari yang lalu, ketika ‘on the phone’ sama Emak, Si Emak bertanya kepada saya: ” nang kono yo opo ono Karnapal, le?“. Dalam hati saya membatin: “emange, iki negorone sopo emak mak, kok ono karnaval 17an”. Yah, ceritanya si Emak lagi menceritakan kegiranganya karena Karnaval tingkat kecamatan ini sangat meriah. Ada tiga kecamatan terdekat dari desa kami, kecamatan tegal dlimo, purwoharjo, dan Cluring. Dan karnaval di ketiga kecamatan di Banyuwangi itu, tahun ini jauh lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya.

Ibu-ibu dengan Tongkat Narsis nya
Bulan Agustus memang selalu membawa keceriaan sendiri. Di bulan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ini, banyak festival yang banyak mengundang kebahagiaan. Ada karnaval, gerak jalan, dan lomba-lomba tujuh belasan lainya. Dan buat rakyat akar rumput semacam kami ini, itulah arti kemerdekaan itu dari tahun-tahun. Ada festival, yang bisa melupakan sejenak beratnya beban hidup. Beban hidup, yang semakin berat dari tahun ketahun. Selain, ajakan Pak Modin untuk mensyukuri kemerdekaan dengan membuat ‘ambengan’ selepas maghrib di masjid dan langgar di malam tanggal 17 Agustus.
***

Sekilas tentang kota Stratford-Upon-Avon
Rasanya sudah lama sekali saya tidak menyaksikan kegembiraan, euforia tujuhbelasan itu. Bahkan, saya sudah lupa kapan terakhir mengikuti upacara bendera. Singat saya ya waktu masih di pesantren dulu, yang artinya sudah lebih sepuluh tahun yang lalu. Apalagi, dalam posisi berada di negara orang seperti saat ini, jelas tidak bisa sembarangan mengibarkan bendera merah putih.

Rumah Kelahiran William Shakespeare
Walapun demikian, setiap orang berhak mengekspresikan euforia dan memaknai hari kemerdekaan itu dengan cara mereka sendiri. Seperti yang kami lakukan, sebagian warga Indonesia yang berada di Nottingham.

Permainan Bola Voli Tim Bapak-Bapak
Untuk membunuh kejenuhan karena liburan sekolah musim panas yang terlalu panjang, saya bersama ‘geng’ pengajian mengadakan piknik bersama keluar kota yang biasa kami adakan setahun sekali. Kami, yang sebagian besar, sudah berkeluarga dan beranak itu, dengan menyewa 1 bus besar, mengadakan piknik ke Stratford-Upon-Avon (wuih, belibet banget yak namanya). Kota kecil ini dipercaya sebagai kota tempat kelahiran William Shakespeare. Siapa sih yang tidak kenal penulis, pujangga, penulis drama Inggris yang paling tersohor dan legendaris di dunia ini?

Tarik Tambak : Tim Boys
Sampai di kota kelahiran Shakespeare yang nyaman ini kami mengadakan family day, di sebuah lapangan rumput yang sangat luas di pinggiran sungai yang airnya sangat jernih. Acara family day kali ini, kami isi dengan permainan-permainan, termasuk permainan tradisional Indonesia.

Tarik Tambang : Tim Girls
Ada permainan bola voli, tarik tambang, balap kelereng, dan balap karung. Pertama, bapak-bapak nya main voli, sementara ibu-ibu asyik dengan permainan mereka sendiri. Dan anak-anak asyik bermain balon, layang-layang, atau sekedar kejar-kejaran di lapangan rumput yang hijau itu.

Tarik Tambang : Tim Men
Untuk tarik tambang, semuanya terlibat. Bapak-bapak,ibu-ibu,dan anak-anak semua ikut ambil bagian. Tim boys melawan tim girls. Dan Tim Men melawan Tim Women. Sementara untuk permainan balap karung, dan balap kelereng, khususon, untuk anak-anak. Yang tua, sebagai penggembira dan bagian yang tertawa hahaha, hihihi.

Tarik Tambang: Tim Women
Menjalang duhur, permaianan kami sudahi. Berlanjut dengan menggelar tikar, untuk makan bersama. Yang kemudian dilanjut dengan sholat duhur berjamaah di atas rumput. Hehe, namanya geng pengajian, jadi pikniknya pun harus piknik syariah. Hehehehehe. Alias, tidak boleh meninggalkan sholat berjamaah.

Lomba Balap Kelereng
Di lapangan rumput itu kami tidak sendiri (ya, eyalah). Kebetulan hari itu sangat cerah, sehingga ada ratusan atau mungkin ribuan orang juga berlalu lalang di sekitar kami. Namanya juga salah satu kota wisata, banyak rombongan orang berdatangan di tempat ini. Tetapi, tidak ada yang mampu menandingi kehebohan kami tentunya.

Menu Piknik Kami
Saking hebohnya, ada wartawan BBC yang terkesima dan mewawancarai ketua rombongan kami. Sekedar bertanya dan penasaran, sedang ngapain sih kami ini. Kok, heboh banget. Yah, maklum di negara yang memiliki musim dingin konon membuat orangnya juga dingin-dingin, alias cuek. Sehingga, kehangatan, kebersamaan, orang-orang yang terlahir di daerah tropis ini, buat mereka menjadi sebuah kenggumunan.
***

Ini rumah Pendiri Universitas Harvard, US
Setelah acara family day, selanjutnya adalah jalan-jalan menyusuri jalanan yang hanya boleh dilalui pejalan kaki menuju sudut-sudut kota kecil ini. Apa saja sih yang menarik dari kota kecil ini?

Hotel dalam Arsitektur Rumah Tua
Overall, branding dari jualan kota wisata ini ya tidak lain dan tidak bukan Si Mbah William Shakespeare tadi. Tempat, yang dipercaya sebagai tempat kelahiran si penulis paling terkenal di dunia itu. Dalam hati kecil saya bertanya, lah emang apa istimewa nya dengan tempat kelahiran penulis itu?

Salah Satu Sudut Kota Stratford-Upon-Avon
Toh dia hanya manusia biasa. Bukan nabi, atau wali. Ya kalau nabi atau wali, masih masuk akal lah kalau banyak orang yang tabarrukan, ngalap berkah di tempat kelahiran orang yang dianggap suci itu. Apalagi setelah sampai di depan rumah tua yang dipercaya sebagi tempat kelahiran nya itu, hanyalah rumah tua sederhaana. Yang untuk masuk harus bayar cukup mahal. Parahnya lagi, tidak boleh foto-foto.

Sungai, Jembatan, dan Perahu
Buat orang Indonesia yang ketika jalan-jalan yang terpenting adalah foto-foto, tentu saja rumah itu sangat tidak menarik sekali. Hehehe. Alhasil, kami hanya jalan-jalan sebenar-benarnya jalan. Menikmati susana setting kota kuno. Rumah-rumah tua sengaja dibiarkan dengan ketuanya. Bahkan rumah doyong yang mau roboh pun sengaja dibiarkan kedoyonganya. Mungkin, orang-orang yang berduyun-duyun pergi ke kota ini sekedar mencari inspirasi, bagaimana menjadi seorang penulis besar selevel Shakespeare itu.

Sungai dan Kapal Bersandar
Sepertinya, kota ini cocok buat orang-orang pecinta masa lalu. Atau buat orang-orang tua yang ingin bernostalgia dengan suasana jaman dahulu. Ada barang-barang antik, seperti perangko jadul yang dijual dengan harga sangat-sangat mahal.

Pengamen Jalanan Yang Bikin Melting Suasana Hati
Selaian suasana kota tua, yang menarik dari kota ini adalah suasana alamnya. Ada sungai yang cantik dengan airnya yang jernih. Sekilas, seperti suasana di kota-kota di Belanda atau Italia. Kanal dengan kapal dan perahu-perahunya yang bersandar.

Pesan Sponsor 😀
Setelah kaki kemeng jalan-jalan, kami duduk-duku di bangku panjang di pinggir jalan. Mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Ada seorang pengamen yang suaranya aduhai indah sekali. Lagu-lagunya yang slow, bisa membikin suasana hati jadi melting. Dan hari pun beranjak senja, saatny kami segera bergegas untuk pulang.
Begitulah mungkin kehidupan ini, tidak sebentar, mung mampir ngombe, mung mampir ngguyu. Dan jika senja datang, kita harus pulang. Karena itu, tak baik jika terlena dengan jebakan-jebakan kehidupan ini. Karena itu, Keep Dzikrullah, sing eleng tur waspodo, eleng marang sangkan paraning dumadi. Ingat selalu dari mana kita berasal, dan akan kembali. Tidak lain dan tidak bukan, ya kita akan kembali kepada Tuhan.
***
Kembali ke memaknai kemerdekaan, di ulang tahun yang ke 70 ini, dimana pemerintah punya tagline yang paling sederhana sepanjang sejarah: Ayo Kerja ! yang mengisyaratkan ajakan untuk bekerja keras. Bagi saya pribadi, kemerdekaan yang sesungguhnya itu ketika: everyone has equal opportunity to work hard to secure a better future. Senada dengan penggalan lagu qasidah yang saya kutip di atas. Kita benar-benar merdeka,ketika anak-anak di desa memiliki fasilitas sekolah sama bagusnya dengan sekolah-sekolah di Jakarta. Memiliki guru-guru yang sama hebatnya dengan guru-guru di Yogyakarta. Memiliki Akses informasi yang sama mudahnya dengan anak-anak di Surabaya. Semua diberi kesempatan yang sama, untuk merubah nasibnya, apapun latar belakang ekonomi keluarganya.
Selamat Dirgahayu ke 70 negeri ku. Benar, segera, kami akan kembali, mengabdi ke pangkuan ibu pertiwi ku!