
ILustrasi : Senja
Mungkin, kelak akan kau rindukan,
Saat-saat untuk melangkahkan kaki mu saja terasa berat, seolah kau tak kuasa atasnya.
Saat-saat penghambaan mu pada Tuhan, berada di titik nadzir.
Saat-saat hidup, mati mu, benar-benar terasa semata atas kehendak Nya.
Saat-saat rasa takut, harap, cemas akan ketidakpastian hari esok,
sedang menguji kesetiaanmu pada Nya.
Saat-saat kau kembali mencari-mencari makna dibalik setiap benda dan peristiwa.
Saat-saat kau mencoba menyikangkap tabir alam hakikat.
Dan kau pun merasa,
Tak ubahnya sejumput kapas, terbang kesana kemari
Tak kuasa melawan arah angin takdir yang membawa mu.
Hanya sebutir debu yang menempel di dinding-dinding rumah kehidupan.
Sebelum,
Keberlimpahan dalam hidup mu melenakan mu kembali.
Kesibukan mu, melupakan mu bertanya pada Nya.
Kemuliaan kedudukan dunia mu, membuat mu angkuh kepada Nya.
Kehebatan mu, menggerus keyakinan mu akan kemahakuasaan Nya.
Dan pada akhirnya,
Waktu berjalan terasa sangat singkat,
Dan kau harus segera kembali ke sangkan-paran mu
Tetapi, segalanya menjadi serba terlambat,
Saat sekarat menghentikan nafas hidup mu.
Semoga kau tak pernah lupa sangkan-paran mu,
Dari, mengabdi, dan kembali kepada Tuhan mu
Nottingham, 03-03-2016
Love this!
Mengingatkan kembali bahwa pada dasarnya seorang insan itu harus selalu ingat kepada siapa sesungguhnya “pemiliknya” ^^
betul Dek Farras, kita sering lupa sangkan-paraning dumadi, nuwun 🙂
Kl si mas sdh berpuisi n ngelingno kaya gini lho yg bikin hati ini meleleh… Tp semua yg mas bilang bener adanya, 1000% ☺ Ini aja sdh brp waktu ga sempet sambang blognya nya si mas krn lg sutris dikejar deadline pekerjaan di ktr
hehe nuwun mbak. Semoga kerjaanya cepet kelar, hasil maksimal.