Kentut, buat banyak orang, suara yang keluar dari belahan bokong itu tidak patut. Melanggar tata kesopanan dan kesantunan. Kentut, juga bisa menjadi sumber makian dan cercaaan, serta pemantik rasa kemaluan.
Tetapi,
Tidak halnya di tempat tidur kami. Kentut selalu jadi bahan guyonan dan inspirasi kejenakaan. Setiap menjelang tidur, kami berlomba-lomba, untuk kentut. Si sulung selalu tertawa puas, setiap berhasil mengeluarkan kentut besar yang bau. Kami pun tertawa berjamaah, bhahahaha
Tetapi,
Hari ini, ketika berada di antara orang-orang kantor yang sedang sibuk bekerja, aku tak sengaja kentut: TUTTTTTTTTTTT.
Mendadak mukaku jadi merah padam, ingin rasanya aku punya ajian lembu sekilan. Menghilang seketika. Hatiku menghardik: Cuk! dasar silit ndak pernah disekolahkan!
Tetapi,
Kentut telah mengingatkanku, bahwa disamping kita punya mulut yang bisa mengeluarkan kata-kata manis menghipnotis. Dari silit kita juga keluar kentut. Bahwa disamping muka yang selalu kita tunjuk pamerkan, kita juga punya bokong yang selalu kita sembunyikan.
Argh, Kentut!
Dalem filosofinya, apalagi paragraf terakhir. Kalau menurut saya, kentut itu ekspresi kejujuran… jika refleks kentut dengan suaranya nyaring, itulah puncak kejujuran kita. 😀
hahahhaa.. gitu ya mas, berarti saya Jujur 😀