…. pada akhirnya, bukan yang (merasa) paling cerdas dan pintar yang akan jadi pemenang. Tapi yang selalu berani bangkit ketika terjatuh, yang selalu ingin mencoba satu kali lagi ketika berkali-kali merasa letih didera kegagalan, yang akan mengecap manis nya buah perjuangan. Dialah pemenang sesungguhnya. – A Random Thought
Waktu akan selalu terasa singkat, buat mereka yang sedang bersenang-senang. Waktu akan selalu terasa sangat lambat, buat mereka yang berada di balik tembok derita. Dan setiap detik waktu akan selalu terasa begitu menentukan, buat mereka yang sedang berjuang. Malam yang terlalu panjang di musim dingin ini menuntun mata pikiran saya untuk menengok ke belakang kembali. Menatap dan merenungi jejak-jejak setiap langkah kecil, menyusuri jalan panjang perjalanan PhD ini. Yang belum juga menemukan titik tepi.
Dua tahun Dua bulan dari hari-hari yang hampir selalu terlihat sama. Lingkup hidup yang hanya berputar antara rumah-lab.-masjid. Ritme kehidupan yang hanya berkutat antara reading – coding – writing dan pusing. Hanya sesekali, ada kejutan-kejutan kecil. Tetapi, hari-hari itu tak pernah sama buat yang memahaminya.
Berawal dari merasa salah jurusan. Orang biasa berfikir dalam bingkai organisasi, dipaksa harus merubah cara berfikir dalam bingkai terlalu sempit bernama Algoritma. Lalu, merasa sangat tidak beruntung mendapatkan ndoro dosen pembimbing yang terkenal paling tough yang selalu percaya bahwa anak bimbinganya hanya bisa maju jika di push melebihi batas kemampuan yang diyakininya.
Lalu, saya pun harus memulainya dengan sebuah NOL besar. Menjadi bayi baru lahir di antara sesepuh pinesepuh yang sudah berpuluh-puluh tahun berada di jagad riset itu. Hanya berbekal keyakinan tak perlu pintar dan cerdas untuk memenangkan tantangan ini. Hanya butuh semangat, konsistensi, dan kesabaran untuk terus merangkak, apa pun yang terjadi.
Pernah ingin putus asa, karena merasa telah menemui jalan buntu. Pernah ingin menangis sekencang-kencangnya, ketika ndoro dosen seolah telah menghempaskan saya ke titik yang terendah. Pernah merasa malas, semalas-malasnya, seperti balon udara yang kehabisan gas hidrogen nya, seperti kerupuk mlempem dimakan angin. Beruntung, saya selalu menemukan cara untuk mendamaikan diriku. Ada hati-hati yang menguat kan saya kembali. Ada Tuhan, tempat bersandar yang Maha Segalanya. Bahkan ketika, empat teman seperjuangan sudah mrotoli di tengah jalan. Saya mencoba untuk tetap bertahan. Walaupun, sering kali perjalanan PhD ini terasa seperti berjalan di jalan sunyi sendirian.
Tetapi, hari ini hati saya tak mampu membendung rasa bahagia. Akhirnya, solver saya berhasil mengalahkan solver sesepuh yang sudah mbaurekso berpuluh-puluh tahun itu. Akhirnya, saya menemukan hubungan yang menenangkan dengan ndoro dosen saya. Ketika saya menganggap hubungan ini, seperti santri yang sedang nyantri, ngalap barokah ilmu Kiai nya.
Kawan, pada akhirnya, bukan yang (merasa) paling cerdas dan pintar yang akan jadi pemenang. Tapi yang selalu berani bangkit ketika terjatuh, yang selalu ingin mencoba satu kali lagi ketika berkali-kali merasa letih didera kegagalan, yang akan mengecap manis nya buah perjuangan. Dialah pemenang sesungguhnya.
Tetapi perjalanan ini masih belum usai, masih banyak tantangan di hadapan. Mohon do’a kawan-kawan !
Aw! Bagus banget, Cak, tulisannya. Loh, ini ceritanya masih otw sekolah ya, Cak?
Matur Nuwun :). iya, masih on the way hehe, piye kuliahe sampean?
pusing, Cak.. saya cupu.. ya mungkin saya sedang ada di fase merasa salah ambil jurusan.. eheehee
sudah badai Mas? kata berita mendekat ….
besok katanya . Tapi disini angin nya memang kenceng banget, badan saya yang kurus sering kali kalah diterpa angin hehehe.
wah wah wah …. pake jaket Mas 🙂
semangat terus mas akson,.. gak kebayang gimana susahnya memenuhi ekspektasi si ndoro dosen-nya.. pasti lebih angker dari dosen SI manapun.. hehe 😀
Matur nuwun. hehe mirip2 si ‘you know who’ 😀
Assalamualaikum.
Insya Alloh dgn segala keterbatasan sllu ada keluasan asa.
Waalaikumsalam wr wbt. Pak Yadin,
mengamini doaya Pak Yadin 🙂
Semangat terus Cak !!,
semoga dilancarkan selalu
membaca tulisan ini seperti berkaca 😀
Matur nuwun, sampean juga 🙂
sukses cak! 🙂
Semoga lancar semuanyaa…
Matur Nuwun Mas 🙂
Sukses uga buat sampean.
Kemaren waktu di dalam kereta dari Nottingham – Cambridge sama Raras. Sempat mbahas sampean, ternyata njenengan temanya Raras juga to :).
amiin…semoga urusan tulubul ilmi cak Son lancar adanya…No longer we’ll see the light. 🙂
ammin. Njenengan juga pak? Sudah selesai to?