Hai April, apa kabar mu? Tiba saat kita bertemu kembali di negeri antah berantah ini. Aku masih seperti setahun yang lalu. Masih dalam kegamangan rasa yang tidak pernah pasti. Masih dengan isi kepalaku yang penuh teka-teki dan tanda tanya dan koma. Masih dengan jalan rumit pikiran ku, bak labirin-labirin yang berliku. Masih dengan angan liar ku yang terbang melambung jauh tinggi di langit negeri dongeng para peri.
April, Bagaimana dengan kamu? Masihkah kau menyimpan semua cerita indah mu yang akan kau dongenkan di musim semi ini khusus pada ku? Tentang bunga-bunga berwarna-warni bermekaran indah merekah sempurna di sudut-sudut kota. Tentang daun-daun berguguran, yang meninggalkan pohon, batang dan ranting mengigil sendirian, dan kini telah bersemi kembali. Tentang sakura beraneka warna yang mempercantik taman-taman kota.
Tentang anak-anak kecil yang tertawa bermain riang. Tentang anak-anak muda yang merasa paling bahagia di dunia, memadu cinta, menaut rindu dengan sang kekasih pujaan hatinya. Tentang burung-burung yang bernyanyi riang melukiskan keindahan dan mendendangkan sabda sang alam. Semuanya tentang keindahan dan kesyukuran. Yang sering kali mata ini tak mampu melihat, hati ini tak mampu merasakan, telinga ini tak mampu mendengar nya.
April, aku masih menyusuri jalan-jalan sunyi itu. Seperti juga hari ini, aku yang selalu penuh tanda tanya. Hari ini, saudara ku kristiani merayakan Hari Paskah. Tapi entahlah, aku tak melihat euforia itu. Dua gereja yang selalu ku lalui setiap pagi dan petang tak ubahnya hari biasa. Seonggok Bangunan tua, yang telah lama ditinggal penghuninya. Entahlah, mungkin mereka sudah tidak membutuhkan keberadaan Tuhan. Ketika kesejahteraan hidup sudah di dalam genggaman. Atau rasio akal mereka sendiri yang telah mengkudeta kedigjayaan Tuhan. Dan budi baik atas nama kemanusiaan telah menggantikan aturan-aturan Tuhan.
Argh biarlah. Toh, Tuhan tak hanya hadir di gereja-gereja mereka. Yang penting mereka tetap manusia yang memanusiakan manusia seperti diriku. Yang tak mau mencubit karena tahu sakitnya dicubit. Yang mau mengulurkan tangan memberi bantuan, karena tahu perihnya dalam kesusahan.
April, terima kasih telah kau simpan cerita-cerita indah ku ini. Suatu saat nanti, ceritakanlah kembali pada ku betapa indah nya hidup ini. Saat mata, hati, dan telinga ini telah mampu melihat, merasa, dan mendengar kan nya. Tentang cinta dan asa kita.
April, ijinkan aku meminjam pundak mu tuk sejenak melepas penat dan jengah ku. Ijinkan aku terlelap dalam pangkuan mu, tuk sejenak melupakan ketakutan ku. Ijinkan aku berhutang waktu mu, tuk sejenak memanjakan rasa malas ku. Semoga aku tak tersesat di persimpangan waktu mu.
Nottingham, Jumat Agung, 18/04/2014
Aaaaak keren banget tulisane. Opomaneh enek foto foto anak istrimu. Btw wis lancar ngomong Inggris durung kang? Si ilyas.
sudah mulai ndop, baru sekolah seminggu soale hehe
ah senangnya… ilyas cak. salam yo. salam kebahagiaan.
waalaikumsalam Gus 😀