Sayang… ayang-ayangku tersayang…
Dengarlah ayah memanggil mu.. nak.
Si Tole ganteng, anak ku sayang.
Lihatlah di langit sana.
Bintang gemintang dan Rembulan tersenyum begitu indah,
tapi buat ayah, senyum mu tetap lah yang paling indah.
Rupanya, sudah enam purnama,
ayah tak berada disamping mu, wahai pangeran kecil ku.
Rupanya, sudah tiga musim,
ayah hanya bisa mendengar suara mu, dan melihat gambar mu.
Malikat kecil ku,
Tahukah kamu, ada apa di hati ayah?
kuingin kau tahu,
ada kerinduan yang teramat membuncah,
ada cinta yang begitu menggelora,
untuk mu wahai engkau penyejuk jiwa.
**
“Gundul-gundul pacul cul, gembelengan..
nyunggi-nyunggi wakul kul, gembelengan…”
—
Ah, ayah tiba-tiba rindu menyanyikan tembang ini,
Tembang yang telah kau pilih sebagai pengantar tidur di setiap malam-malam mu.Ayah kangen saat kau ku biarkan bermain dengan tumpukan buku-buku tebal ayah,
Saat Kau buka buku itu, halaman demi halaman. Seolah kau tau isi buku itu,
Walaupun, sering kali kau sobekan halaman itu,
Dan bunda mu memarahi kita.Ayah juga rindu bermain, berlari bekejar-kejaran dengan mu,
di kebun sempit belakang rumah kita dan di antara taman bunga yang bunganya selalu kau
petik sebelum merekah untuk kau berikan kepada ku dan bunda mu.
**
Permata hatiku,….
Kini, kau telah tumbuh dan kian beranjak dewasa,
di akhir bulan ini kau akan menggenapkan usia dua tahun mu.
Tumbuhlah dengan sehat, pintar, cerdas, dan sholeh selalu.
Seperti tetumbuhan di taman syurga.
Pohon nya kokoh, daunya rindang, bunganya indah dan harum baunya,
manis dan lezat pula rasa buahnya.
Maafkan ayah, yang tak bisa menyaksikan hari-hari pertumbuhan mu.
Maafkan ayah, yang telah meminjam kebersamaan kita untuk sementara waktu.
Percayalah ayah akan mengembalikanya dengan lebih sempurna, suatu hari nanti.
Sayang,
Ketidakbersamaan ini bukanlah untuk disesali dan diratapi,
Ketidakbersamaan ini bukanlah untuk ditangisi,
Karena kita percaya takdir Tuhan tidak pernah kejam.
Takdir Tuhan selalu indah, dan tak pernah salah.
Yakinlah, Tuhan sedang mengajari kita tentang arti cinta yang sesungguhnya,
tentang arti sebuah kerinduan dan kesetiaan.
dan juga tentang arti sebuah ketangguhan, ketabahan, kesabaran, kesungguhan, perjuangan dan pengorbanan.
yang tak bisa dipelajari dari buku-buku tebal ayah itu.
Walaupun, terkadang pelajaran Tuhan ini sering kali tidak mudah.
**
Walaupun raga kita tak lagi selalu bersua,
kita masih melihat matahari yang sama dan menatap langit yang sama,
di setiap sujud panjang di atas sajadah ini, doa doa ayah selalu untuk mu.
Doakan ayah selalu,
semoga esok, kita bisa melihat mentari bersama kembali, yang bersinar lebih cerah.Tuhan,
terima kasih atas ketatapan takdir indah Mu ini.
Kami mencintai Mu selalu.
Nottingham, 14/03/2013
Seorang ayah yang merindukan anaknya.
sauwedihnyooo pakciikk… T_T
nice Cak, Air mata saja yang menggenang rasanya…saya harus pakai faktor pengali nampaknya…ada 4 orang dan lainnya yang menunggu dan dirindu…
Jenenge sopo kang? Celukane sopo? *aku kok lali yak*
Wajahe mirip sampean hihihihi…
Wah, baca judulnya aku kira cerita cinta dua sejoli.
Very touchy, Cak… Boleh aku share buat anakku jua, walau sebenarnya personal, tapi sarat nilai2 universal. Boleh ya? hehehe
monggo pak, silahkan!
Gue baru kali ini meneteskan air mata stelah bsca puisi tersebut……….
ijin share ya om