“…. dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan telah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Kuperhatikan sebuah fenomena alam,
daun-daun berguguran menjalankan titah Tuhan
sebagaimana telah tertulis dalam kitab catatan yang dirahasiakan,
daun yang dulu hijau itu,
kini tak hijau lagi, perlahan menguning, memerah, memutih dan menghitam
daun yang dulu kokoh itu,
itu kini jatuh tersapu juga oleh belaian angin
daun yang dulu tinggi itu
kini jatuh di atas tanah rendah.
daun yang dulu indah itu,
kini berserakan tiada guna.
Daun-daun di musim gugur itu,
mengajarkan aku tentang sebuah pelajaran,
satu pengajaran tentang ketidakabadian.
tak selamanya kita di atas,
suatu saat kita pasti terjatuh dibawah,
tak selamanya kita disanjung dan dipuja,
akan tiba saatnya kita akan dihina.
Pohon pohon di musim gugur itu,
bercerita tentang keperkasaan sang waktu,
yang tak pernah mau untuk menunggu
itulah ayat-ayat tuhan..
tentang ketidakabadian
kita tak patut diri untuk membanggakan
karena kita semua akan kembali pada Tuhan,
Nottingham, ASAP Lab. 21: 24 (While my heuristic algotihm is running for unlimited time)
dalam banget.. judul blognya keren, Ngaji di Nottingham..
makasih, mas ndop 🙂