… cepat atau lambat waktu akan menghantarkan kita pada kehilangan dan ketiadaan yang tidak akan pernah kembali untuk selamanya, sudah siapkah kita meninggalkan dunia yang selalu kita puja ini?
Malam itu, seperti hari yang sudah-sudah, aku meninggalkan gedung Computer Science lantai 3 ketika malam sudah mulai larut dalam kesunyian. Sambil menunggu jadwal hopper bus terakhir , pukul 22.45, yang akan menghantarkan ku dari Jubilee campus ke University Park, ku tatap langit dan kuperhatikan dalam-dalam.
Tak ada bintang yang biasa memamerkan kecerianya, bulan pun tak lagi tersenyum, tertutup awan hitam yang begitu pekat. Seakan sebagai pertanda langit akan meneteskan air matanya meratapi dosa-dosa manusia yang telah lalai dibuat oleh hingar-bingarnya dunia malam. Langit malam, kau memang tidak selalu indah….
Dua puluh penit kemudian, setelah menembus kegelapan dan dingin nya malam yang begitu menusuk, aku rebahkan tubuhku yang lelah di atas kasur empuk di kamarku yang sempit, di sebuah rumah sederhana yang kusewa seharga gaji dosen ku sebulan di Indonesia.Argh…. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana gerah dan pengapnya nya kamar ku ini, jika rumah ini berada di Surabaya.
Sambil menggigil kedinginan seperti berada dalam kulkas, aku ambil handphone ku. Oh rupanya, ada pesan baru di whatsapp dari salah seorang sahabat dekat di Jakarta.
Kang..! Purna, Purna Atmaja sedo….
Jleb, rasa-rasnya aku tidak percaya. Dia yang masih sangat muda, dia yang sedang bersinar karirnya di sebuah perusahaan plat merah papan atas di Indonesia, dia yang selalu bersemangat menjalani hidup, kini dia telah tiada? Oh terpukul rasanya hati ini, tetapi begitulah, guratan takdir itu benar adanya.
Dialah seorang sahabat, yang aku kenal dekat sejak awal menjadi mahasiswa baru di ITS. Tinggal di asrama bareng, sering ngaji bareng dan keluar bareng dalam bingkaian ukhuwah kajian islam jurusan SITC (Studi Islam Teknik Computer) saat itu. Seorang sahabat yang ku kenal kebersahajaanya, dengan sepeda ontelnya yang selalu dibawa memutari area kampus ITS yang sangat luas. Ku kenal, ke “humble” anya, yang selalu bilang dia tidak sepintar teman-temanya. yang kukenal, ke ‘alimanya, yang selalu menjaga sholat jamaah di masjid.
Kawan, kini kau telah tiada. Selamat Jalan ! aku yakin kini kau temukan kebahagian yang sebenarnya di kehidupan yang selanjutnya. Kawan, kini kau telah tinggalkan dunia yang penuh dengan kepura-puraan dan kemunafikan manusia. Semoga kau bertemu dengan Nya dengan indah. Hanya baris-baris doa yang dapat aku bacakan untuk mu Kawan! Meski engkau pernah bilang, tidak akan sampai do’a manusia yang hidup ke manusia yang sudah mati. Tapi, saya yakin Tuhan maha mengetahui segala sesuatu.
Selamat kembali ke pelukan rahmat NYA yang indah kawan ! Alfatihah………
Sudah siapkah kita, jika maut sewaktu-waktu menjemput kita? Semoga Tuhan mengakhiri hidup kita dengan Indah. semoga kita meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah.
a special note for my beloved friend : Purna Atmaja.
allahummaghfirlahu warhamhu..ada yang berpendapat orang yang baik pergi dari kita terasa begitu cepat…walaupun ia pergi dalam usia muda ataupun lanjut…
namun anehnya orang yang baik ini sebenarny umurnya panjang…meninggal pun mereka kebaikanya masih dikisahkan oleh orang yang hidup, masih disebut namanya, masih dikenang jasa.
Berkebalikan dengan orang yang tak baik…umurnya biasanya pendek…coba kalo ada orang yang menanyakan “rumah si anu (orang tak baik) mana mas???” lantas yang ditanya biasanya menjawab…”tak tahulah dah mati mungkin…lama tak nampak do”…padahal masih hidup, eh dianggap mati..
Saya merasakan keterkejutan yang sama…saat abang saya meninggal menjelang umur 30 tahun, guru bahasa arab, lulusan LIPIA, in progress menghafal al-quran (sudah beberapa juzz yang ia hafal) karena ia suka menghafal dan juga tekat sekolah yang kuat untuk melanjutakan ke Madinah waktu itu harus ada hafalan,…tak percaya rasanya…namun itulah yang terjadi…tak terasa tak terkata…hanya dalam hati saja sedih itu membuncah..
matur nuwun sharing nya pak. mudah2an kita tergolong orang yang baek, Ammiin..
turut berduka cita pak, saya baru dapat kabar ini kemarin, dikasih tahu pak Soni 😦
mas Purna pernah ngisi kuliah tamu pas jaman saya ambil PSI pak
meski mas Purna ndak kenal saya, tapi kalau ngelihat ekspresi pak Soni waktu ngasih tahu kabar itu rasanya sedih banget pak 😥
saya baca blognya mas Purna juga di about me
“99. After all, go to heaven is the main objective.”
dan saya cuma bisa bilang ‘ aamiin 🙂 ‘
orang baik akan selalu dikenang mesti dia sudah tiada :’)
iya betul pernah ngisi kuliah tamu PSI.
semoga kita juga tergolong orang baik mia 🙂
Allahummaghfirlahu…saya telat dengar kabar, Mas Purna, saya kenal beliau sejak 4 tahun silam, saya belum pernah ketemu beliau, tapi sering komunikasi via ym..semoga Allah mengampuni dosa2nya..aamiin
huwaaaa… menyedihkan sekali.. semoga segala amal baiknya diterima Alloh Subhaanahu Wata’ala, dan segala amal buruknya diampuniNya.. Aaamiiin…
ya ndop. kapan hidup seseorang akan berakhir kita tidak pernah tahu. btw:sampean kenal purna to?